1. FIFO
Metode FIFO menganggap bahwa harga pokok dari barang-barang
yang pertama kali dibeli akan merupakan barang yang dijual pertama kali. Dalam
metode ini persediaan akhir dinilai dengan harga pokok pembelian yang paling
akhir.
Metode ini juga mengasumsikan bahwa barang yang terjual
karena pesanan adalah barang yang mereka beli. Oleh karenanya, barang-barang
yang dibeli pertama kali adalah barang-barang pertama yang dijual dan
barang-barang sisa di tangan (persediaan akhir) diasumsikan untuk biaya akhir.
Karenanya, untuk penentuan pendapatan, biaya-biaya sebelumnya dicocokkan dengan
pendapatan dan biaya-biaya yang baru digunakan untuk penilaian laporan neraca.
Metode ini konsisten dengan arus biaya aktual, sejak pemilik
barang dagang mencoba untuk menjual persediaan lama pertama kali. FIFO
merupakan metode yang paling luas digunakan dalam penilaian persediaan.
Metode FIFO seringkali tidak nampak secara langsung pada
aliran fisik dari barang tersebut karena pengambilan barang dari gudang lebih
didasarkan pada pengaturan barangnya. Dengan demikian meode FIFO lebih nampak
pada perhitungan harga pokok barang. Dalam metode FIFO, biaya yang digunakan
untuk membeli barang pertama kali akan dikenali sebagai Cost of Goods Sold
(COGS). Untuk perhitungan harga maka digunakan harga dari stok barang dari
transaksi yang terdahulu.
Metode FIFO (First In First Out) pertama kali dikenal dalam
akuntansi keuangan sebagai salah satu metode dalam penilaian persediaan barang.
Harga yang digunakan sebagai dasar dalam menilai persediaan barang dapat
memakai harga lama atau harga baru.
Pada metode FIFO, persediaan barang yang dikeluarkan untuk
produksi atau dijual, nilainya didasarkan pada harga menurut urutan yang
pertama masuk. Jadi, untuk penilaian pada persediaan barang yang tersisa,
berarti harganya didasarkan pada harga baru atau harga urutan yang terakhir.
*Perbandingan Metode-metode Persediaan
– FIFO
1. Menghasilkan harga pokok penjualan yang rendah
2. Menghasilkan laba kotor yang tinggi
3. Menghasilkan persediaan akhir yang tinggi
Selama periode inflasi atau kenaikan harga, penggunaan FIFO
akan mengakibatkan hal ini, tapi dalam kondisi ekonomi turun, terjadi
kebalikannya.
– LIFO
1. menghasilkan harga pokok penjualan yang tinggi
2. Menghasilkan laba kotor yang rendah
3. Menghasilkan persediaan akhir yang rendah
– Biaya rata-rata
Memperoleh hasil antara FIFO dan LIFO untuk ketiga konsep
yang telah diuraikan.
2. LIFO
Metode FIFO adalah membebankan biaya dari pembelian terakhir
dan memberikan biaya yang paling dtua di akun persediaan. Ada beberapa cara
untuk menerapkan Metode LIFO. Karena setiap variasi menghasilkan, angka yang
berbeda untuk biaya bahan baku yang dikeluarkan, biaya persediaan akhir, dan
laba, maka penting untuk mengikuti prosedur yang dipilih secara konsisten.
*Kelebihan :
Mudah menandingakan kos sekarang dengan pendapatan sekarang
Jika harga naik, harga barang konservatif
laba operasi tidak tercemar oleh untung/rugi fluktuasi harga
Jika harga berfluktuasi , dapat meratakan laba tahunan.
*Kelemahan :
bertentangan dengan aliran fisik sesungguhnya
Tidak menunjukkan potensi jasa yang sesungguhnya /kos yang
sudah usang.
3. Metode Rata-Rata Tertimbang
Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk dalam proses
awal ditambahkan dengan biaya produksiyang dikeluarkan periode sekarang dibagi
dengan unit ekuivalensi produk untuk menghasilkan harga pokok rata-rata
tertimbang.
Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah
departemen pertama merupakan harga pokok kumulatif,yaitu merupakan penjumlahan
harga pokok dari departemen satu ditambahkan dengan depar temen berikutnya yang
bersangkutan.
Sumber : https://febeyustina.wordpress.com/2014/03/08/perbedaan-metode-fifo-lifo-dan-average/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar